Senin, 20 Februari 2012

Gunung Bromo


Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.


Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.


Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.


Selama abad XX, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2010.

Sejarah letusan Bromo: 2010, 2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1940, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.


Gunung Bromo merupakan jenis Low Vulkanik jadi meskipun meletus hanya akan memuntahkan pasir dan abu. Berbeda dengan Gunung Merapi yang merupakan Gunung High Vulkanik yan ketika meletus akan memuntahkan Lahar dan awan panas.


Namun demikian akibat dari letusan Gunung Bromo tetap berakibat pada lingkungan disekitarnya terutama pada lahan pertanian dan sektor pariwisata yang ada disana. Sebaran abu dan pasir dari letusan Gunung Bromo menutupi lahan pertanian yang ada disekitarnya sehingga para petani banyak yg menderita kerugian karena gagalnya panen mereka, sedangkan dari sektor pariwisata sebaran abu banyak mengotori penginapan-penginapan yang ada disana.


Fenomena meletusnya Gunung Bromo disikapi oleh sebagian masyarakat disana sebagai proses "pembangunan" yang dilakukan oleh "penguasa" Gunung Bromo sama halnya dengan meletusnya Gunung Merapi yang juga diyakini sebagai proses "membangun".

Terlepas dari hal tersebut meletusnya Gunung Bromo harus tetap dimaknai sebagai sebuah fenomena alam yang tetap harus diperhatikan secara cermat sehingga proses "pembangunan" yang sedang terjadi pada akhirnya bermanfaat pada masyarakat sekitarnya....


Referensi :http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar