Jumat, 09 Desember 2016

UPACARA NGUSABA


Evam pravartitam cakram
Na'nuvartayati'ha yah.
Aghaayur indriyaaramo
Mogham paartha sa jivati
(Bhagawadgita, III,16)
Artinya: 

Ia yang hidup di dunia ini tidak ikut memutar Cakra Yadnya yang timbal balik ini sesungguhnya, orang jahat. Sia-sialah hidup seperti itu yang hidup hanya untuk memuaskan indria saja. 

HIDUP di dunia ini harus saling beryadnya. Tuhan dengan kemahakuasaan-Nya beryadnya menciptakan alam dan segala isinya ini. Alam ini juga telah beryadnya kepada manusia. Sehingga manusia dapat melangsungkan kehidupannya di dunia ini. Manusia seharusnya saling beryadnya sesuai dengan fungsi dan profesinya masing-masing. Barang siapa yang tidak bekerja berdasarkan yadnya dalam hidupnya, ia sesunguhnya penjahat. 

Upacara yadnya salah satu cara untuk menanamkan kesadaran beryadnya itu. Upacara ngusabha adalah salah satu bentuk upacara yadnya sebagai media yang sakral untuk menanamkan nilai-nilai hidup. Beryadnya kepada Tuhan, alam dan sesama manusia seperti kepada orang tua atau leluhur, kepada anak-anak maupun kepada para Resi adalah tanggung jawab sebagai mahluk cuiptaan Tuhan. 



Upacara ngusabha sesungguhnya upacara melasti yang bersifat khusus. Misalnya, Ngusaba Nini adalah Ngusabha yang khusus untuk memuja Dewi Sri sebagai Bhatara Nini-- Dewanya padi. Dalam Lontar Widhisastra, Ngusabha Nini untuk Negtegan Toga. Sedangkan Ngusabha Desa dalam Lontar Dewa Tattwa dan Lontar Usana Dewa bertujuan untuk kapagehang bayun bhumi. Ada juga yang menyebutkan negtegan bayun tanah atau pertiwi. Upacara ngusabha diuraikan juga dalam beberapa sumber pustaka Lontar seperti Lontar Siwagama, Widhisastra, Sri Purana, Dharma Pemaculan dll. 

Ngusabha ini selalu didahului oleh berkumpulan Ida Bhatara dari berbagai Pura yang ada di Desa tersebut. Kalau dalam Upacara melasti disebut Ngiring Prewatek Bhatara. Artinya sebagai suatu peringatan kepada umat, agar selalu menegakan sradha dan bhakti-nya kepada Tuhan. Dengan kuat dan tegaknya rasa Ketuhanan manusia akan sadar dapat hidup dan memperoleh kehidupan karena adanya Yadnya. 

Ngusabha Nini misalnya, dengan khusus memuja Bhatara Sri. Meskipun demikian Bhatara-Bhatara yang lainnya juga ikut dihadirkan di Pura Desa dan Puseh untuk dipuja. Karena tujuan Ngusabha Nini untuk negtegang toya yakni pemujaan kepada hatara Nini, esensinya memohon kekuatan agar manusia sadar menjaga kemurnian dan hemat dalam menggunakan air. Jika sampai kekurangan air, maka berbagai kehidupan di bumi kini akan terganggu terutama masyarakat yang hidup dari hasil pertanian. 

Dalam kitab Manawa Dharmasastra IV, 52 dan 56 disebutkan, tidak boleh mengotori air sungai seperti membuang sampah, berak, kencing apa lagi membuang benda-benda yang beracun. Jadinya negtegang toya itu adalah sebagai wujud kepedulian umat Hindu akan terpeliharanya sumber-sumber air untuk menumbuhkan padi yang Dewanya Bhatara Nini. 

Upacara Ngusabha Nini sebagai wujud yadnya dan mengingatkan kepada umat manusia untuk beryadnya kepada air. Yadnya secara niskala dalam wujud ritual agama yang sakral dan secara sekala dalam wujud nyata dengan tidak merusak air dan sumber-sumbernya. Ngusabha Desa bertujuan untuk menyatukan umat di desa pakraman untuk bersama-sama negtegang bayun bhumi atau tanah. 

Upacara yadnya hendaknya ditindak lanjuti dengan memelihara kesuburan tanah. Jangan menebang pohon sembarangan. Jangan membuang bahan-bahan kimia yang dapat merusak kesuburan tanah seperti air sabun detergen yang konon dapat merusak kesuburan tanah secara permanen. Ngusabha Desa esensinya membangun kebersamaan untuk memuja ibu pertiwi membangun spiritualitas dengan ditindak lanjuti memelihara kesuburan tanah. Disamping dikenal Ngusabha Desa dan Ngusabha Nini, ada juga Ngusabha Sri, Ngusabha Segara, Ngusabha Dangsil atau Ngusabha Gede. 



Tujuan utama Upacara Ngusabha Nini dan Ngusabha Desa untuk kesuburan pertanian, tegaknya pemerintahan dan damainya dunia. Hal itu disebutkan dalam Lontar Dewa Tattwa. Tetapi dalam Lontar Usana Dewa disebutkan, Ngusabha Desa dan Ngusabha Nini patut dilakukan bersamaan kalau ada dunia kemalangan. Dalam Lontar disebut gumi kemalan -- banyak manusia melakukan dosa, penyakit merajalela, pemerintahan kacau balau, banyak orang bunuh diri, desa-desa mengalami kekacauan seperti perpecahan (Rug rikanang Desa). 

Untuk menghindari kekacauan seperti itu Lontar Usana Dewa itu menganjurkan diadakannya Upacara Ngusabha Desa dan Ngusabha Nini secara bersamaan setiap tahun. Disebutkan pula dalam lontar tersebut, upacara boleh diambil yang nista, madia maupun yang utama. 

SUMBER : http://www.network54.com/Forum/178267/message/1011748404/Upacara+Ngusabha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar