Rabu, 04 Oktober 2017

Cerita Jro Mangku Bertahan di Zona Bahaya Gunung Agung

Patricia Diah Ayu Saraswati , CNN Indonesia | Selasa, 03/10/2017 10:12 WIB

Jro Mangku Dharma enggan mengungsi dari zona berbahaya Gunung Agung meski status awas sudah diberlakukan. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jro Mangku Dharma duduk bersila di depan sebuah mata air di Desa Sebudi, sebuah desa kaki Gunung Agung, Karangasem Bali. Pria 75 tahun ini khusyuk memanjatkan doa dengan mata terpejam.

"Saya berdoa dari sini untuk keselamatan umat manusia," katanya saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu di salah satu zona berbahaya erupsi Gunung Agung. 

Berbeda dengan warga kebanyakan, Jro Mangku memilih untuk tidak tinggal di pengungsian. Baginya, status awas Gunung Agung masih dalam kondisi aman. 

Pertemuan CNNIndonesia.com dengan sosok Jro Mangku terjadi saat perjalanan turun dari Desa Sebudi. Ketika itu, Jro Mangku tengah memanggul beberapa batang kayu di pundaknya. Meski sudah berumur dan perawakannya kurus, Jro Mangku tampak sehat dan bersemangat tinggi. Bicaranya lancar dalam bahasa Indonesia, meski sesekali terselip bahasa Bali.
Jro Mangku Menolak Menyerah pada Gunung AgungJro Mangku Dharma memilih bertahan di Zona Berbahaya Gunung Agung. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Saat diajak berbincang-bincang, Jro Mangku mengku sebagai rohaniawan Pura Agung. Karenaitu merasa bertanggung jawa untuk terus berdoa meminta keselamatan meski bahaya erupsi mengancam.

"Saya kukuh di sini. Enggak mau saya mundur," ujarnya.

Petugas tak bisa memaksanya turun. Untuk bisa memantau kondisi Jro Mangku, petugas memberikannya alat komunikasi Handy Talky. 

Tentang alasannya tetap tinggl, Jro Mangku merujuk pada insiden terakhir Gunung Agung, pada 1963. Kala itu, Desa Sebudi terkena muntahan material vulkanik berupa lahar dan debu. Meski begitu, Jro Mangku bersama masyarakat Desa Sebudi lainnya hanya berlindung di balik pohon besar.

"Kalau dulu tahun 1963, dor (meletus), saya di sini duduk (di balik pohon), tidak kena (letusan)," katanya.

Baginya saat ini Gunung Agung belum akan meletus, baru getaran dari gempa saja. Karena itu ia akan terus berada di Desa Sebudi.

Berdasarkan data BNPB, sejauh ini aktivitas gempa mencapai 247 kali. Rinciannya, sebanyak 88 kali gempa vulkanik dangkal, 143 kali gempa vulkanik dalam, dan 16 kali gempa tektonik total.

Sebelum Jro Mangku, Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi, lebih dulu dikenal secara nasional sebagai pria tua yang menolak tinggal di rumahnya di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, meski bencana terjadi. Alasannya, tanggung jawab sebagai juru kunci Merapi.

Saat Merapi meletus pada 2006, keputusannya tepat. Namun, pada letusan 2010, pilihannya itu berujung maut.

Pura Pasar Agung sendiri berada di Desa Sebudi, Kabupaten Karangasem yang termasuk Zona Merah. Artinya, penduduk yang ada di wilayah tersebut harus mengungsi. Lokasi Pura sendiri berada di sekitar 3 Km dari Gunung Agung.

Sejak ditetapkan statusnya dalam Tingkat IV (Awas), BNPB mendata bahwa jumlah pengungsi hingga Senin (2/10) mencapai 139.945 jiwa dan tersebar di 419 titik pengungsian. Terbanyak, pengungsi ada di wilayah Kabupaten Klungkung sebanyak 22.723 jiwa dan Kabupaten Karangasem sebanyak 50.544 jiwa.

Namun, Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Minggu (1/10), mempersilakan warga dari 50 desa termasuk Zona Aman untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Yang diwajibkan mengungsi hanya warga dari 28 desa yang termasuk Zona Merah.





(arh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar